Pages
1
Sedihlah gerangan jatu karama / Aria Ningsun bangbang kesuma Tuanku yang seperti Nila Utama / Patutlah bila mata bersama Tuanku sampaikan seperti cita / Ingnlah [?] kakak mati beserta Tiadalah manis di mata beta / Hanyalah tuan emas juita Di dalam lurah tanah Jawa / Tiadalah banding seorang jua Hanyalah tuan utama jiwa / Patutlah kakak membuangkan (nyawa) Jika seribu kali hancur berkala / Tuanlah juga akan [mohon] kubela Sudahlah kakak tersurat pula / Laku seperti orang yang gila Bonda beta datang ke mari / Disuruhkan ayahanda beta mari Pohonkan sepah bonda beri / Akan bakal ayahanda mati [mata] berahi Kain yang dipakai oleh bonda / Disuruh pinta pada anakanda Bonda berilah jangan tiada / Hendak matilah gerangan [kerananya] ayahanda Telah sudah disuratkan / Lalu dibacanya perlahan-lahan Rasanya pilu bertambah rawan / Seperti membujuk pada perasaan Yang dibujuk itu tiada disisinya / Tiadalah berberketahuan rasa hatinya
2
Mengeluh mengucap gundah rasanya Seraya berkata pada pengasuhnya
Pergilah kakanda seketika Panggilkan [p-m-y-l-y-n] kemari kakak Segeralah pergi Kakak Renjaka / Supaya hilanglah hati yang duka
Jika datang ia ke mari / Biarlah kakak aku ganjari Pergilah kakak engkau cari / Sekarang juga bawa ke mari
Kata Renjaka apa guna tuan / Dipanggil ia baharu-baharuan Apa pula yang demikian / Seperti mabuk gadang barang kelakuan
Tiada seperti sedia kala / Meraban seperti orang yang gila Apa kerjanya dipanggil pula / Takut sangat rasanya kula
Jaran Tamasa pun bersenda / Pergilah juga panggil kakanda Segera-segera jangan tiada / Aku menanti di sinilah ada
Jika sungguh engkau kasihkan aku / Kakak turutlah barang kataku Supaya suka rasa hatiku / Jika tiada datang matilah aku
Jika ia datang ke sini / Biarlah kakak aku persalini Dengan kain yang kupakai ini / Kutolong pula cari bini
3
Renjaka tertawa seraya berkata / Kalau tak sungguh tuan berkata
Jika sungguh pergilah beta / Mencari dia ke luar kota Kata Jaran Tamasa tiada ku upaya / Demi Dewata Mulia Raya
Kakak Renjaka tiada percaya / Adakah telah sudah aku mendaya Sungguhkah janji bangsawan muda / Beta pergi cari sekarang ada
Ia berkata sungguhlah kekanda / Kataku ini tiada bersenda Pergilah kekanda segera bangat / Hatiku gundah terlalu sangat
Renjaka pun pergilah pandang [pemelayaan] / Ia pergi bermain ke permandian Lalu Renjaka bertemu di jalan / Dipegang Renjaka tangan ditahan
[Pemelayan] terkejut tangan dihela / Katanya mengapa pula si gila Yang demikian ini baharu pula / Patutlah engkau dipalu kepala
Selamanya lamun(1) aku datang / Bertemu di jalan engkau menyimpang Ini jangankan ia simpang sekarang / Tangan kita pula mari dipegang
Suka tertawa pula Renjaka / Katanya nyai mari seketika Dipanggil kiai sebentar juga / Marilah pergi bersama kakak
4
Berkata [pemelayan] sambil berdiri / Apa kerjaku dipanggil kiai / Malas rasaku pergi mari / Kalau lambat tuanku cari
Renjaka berkata sambil berjenaka / Marilah tuan pergi seketika / Ada kerja sedikit [juga] juga / [Pemelayan] pergi bersama Renjaka /
Didapati Jaran Tamasa ada berdiri / Bernaung dibawah Nagasari / Keluh kesah seorang diri / Anakan dipegang dengan tangan kiri /
Tiada memakai lakunya bersahaja / Berkampuh kesumba berpelangi panca / Antelas beremas bunga seroja / Seperti pakaian anak raja /
Bersabuk cindai natar segara / Berkeris landean(2) anak segara[?] / Ditatah permata adikara / Lakunya seperti para putera /
Tiada bersunting wajah gemilang / Mukanya pucat berseri kurang / Tiada bersubang tiada bergelang / Kerana hatinya terlalu walang /
Bibirnya merah asmaradanta / Giginya berkilat seperti permata / Manisnya jangan lagi dikata / Sayang sedikit menaruh percinta /
Sepertikan titik gula derawa / Tiadalah samanya di Tanah Jawa/
5
Renjaka pun datang beriring dua / Duduk menyembah suka tertawa
Katanya sekali ini [?] si Renjaka / Memakai kain Ken Jaran andika Jaran Tamasa pun tertawa suka / Katanya tiada daku mengakur [?] kakak
Kerana matahari pun sudah rembang / Rasa hatiku terlalu bimbang Hendak kudapat pintu gerbang / Rasaku pun kekanda bangat datang
Kata Renjaka inilah tuan / Disuruh panggil pemelayan Menatah janji muda bangsawan / Jangan dilupakan sira pangeran
Katanya kekanda nantilah dahulu / Biarlah hilang penyakit yang ngilu Hatiku gundah bercampur pilu / Seperti dihiris dengan sembilu
Lamun sudah aku bertemu utama jiwa / Ganjaran kakak kuberi jua Renjaka pun sangat suka tertawa / Katanya aduh utama jiwa
Tiadalah beta mahu lagi / Tuan suruh santap dua kali Sahaja tuan tak mahu berugi / Lelah sahaja berjalan pergi
Jaran Tamasa pun tertawa suka / Katanya tiada aku berbohong kakak Lamun sampai kehendakku juga / Kuberi sungguh ganjaran adika (andika)