Pages
41
Seperti berhala emas sepuluh mutu // Bagaikan lenyap dipandang di situ
Dinaungi pohon nagasari // Kena sinar matahari Cemerlang parasnya durja berseri // seperti anakan bidadari
Makin menambah manis rupanya // Sepertikan lenyap pada pandangannya Lalu didapatkan segeranya // Duduk dekat saudaranya
Katanya sudahkah tuan mandi // Sahut Ken Lamlam Arsa belum lagi Dingin rasa tubuh beta tadi // Tiada sedap kekanda dari pagi
Berdebar2 rasanya hati / Seperti orang hendak mati Apa gerangan demikian pekerti // Tiadalah beta tahukan erti
Ken Sila Wati berkata seraya memandang // Marilah tuan kita pulang Kalau larat sakit wajah gemilang // Kerana hari pun hampirlah petang
Ken Lamlam Arsa berdiri memakai tapihnya // Oleh Ken Sila Wati dipimpin tangannya Dibawa pulang ke rumahnya // Lalu masuk ke tempat tidurnya
Ken Lamlam Arsa berbaring di atas tilam // Letih lesu durjana suram Berdebarlah hatinya di dalam // Sayu belas rasanya muram
kata Ken Silawati...
42
Kata Ken Sila Wati dengan kepiluan // Jangan berjaga emas tempawan [La?]lu jadi ngilu kepala tuan // Larat sakit tiada berketahuan
Lalu ia keluar seraya katanya // Pada segala pengasuh hamba sahayanya [pangkui aku] tak sedap tubuhnya // Lalu pergi pada tempat tidurnya
Tersebutlah perkataan Jaran Tamasa // Mendapatkan saudaranya Gagak Rajasa ...?? Dapat hadir muda perkasa // Sudah memakai lakunya sasa
Seperti Sang Bima segak gembira // Tiadalah ia gentarkan mara Duduk di pintu menanti saudara // Tiadalah takut banyak bicara
Lakunya hebat seperti raksasa // Tiadalah takut akan binasa Lalu dipegang tangan saudaranya // Dibawa keluar seraya katanya
Serta datang Jaran Tamasa // Lalu menyembah kaki Gagak Rajasa Marilah tuan kita kita pergi ke karangnya // Sedang sedia ketikanya
Kata Renjaka hendak ke mana ini // Pergi [menjalang?] kah ketika ini Tiadalah beta pergi menemani // Beta takut tiada berani
Tampar Gagak Rajasa mulut Renjaka // Ingar sangat mulut celaka
43
Bagai budak [karam pustaka?] // Berkata haru biru juga
Lihat juga kerja orang // Jangan banyak katamu sekarang Renjaka pun diam berhati walang // Berjalan mengikut dari belakang
Sampai ke kampung Gajah Seberata // Pada Gagak Rajasa Renjaka berkata Apa kerja tuan ke mari kita // Berjalan di dalam gelap gelita
Gagak Rajasa berkata diamlah kakak // Janganlah (h)ingar kakak Renjaka Kalau orang kelak jaga // Marilah ikut belakangku juga
Berkata pula Jaran Tamasa // Kekanda ini seperti budak tak tahu bahasa Tiada [mau diam?] mulut sentiasa // Apa juga hendak [diperiksa? diperkasa?]
Renjaka pun ngeran hatilah // Seraya berkata begitulah Serta beta [berka-d?] gusarlah // Pekerjaan apa dikerja salah
Berkata itu sangat suaranya [?] // Oleh Gagak Rajasa dikatup mulutnya Mengapa juga sekiranya [segilanya?] // Ku kerat leher sekarang dirasanya
Renjaka pun takut tubuh gementar // seraya menyembah tangan terketar Katanya jangan tuan gusar // Tiadalah beta bermulut besar
...kakak Rajasa
44
Gagak Rajasa sampai ke pagarnya itu // Dilihatnya terkunci sudah pintu
Orang bertunggu banyak di situ // Takut beroleh mara suatu
Masing ada dengan senjata // Setengah berjaga duduk berkata
Orang di balai Gajah Seberata // Itu pula banyak tertunggu semata
Keluarkan oleh Gagak Rajasa // Ilmu penjurit (perajurit) tandang desa
Permainan [p-r-l-n-t-i?] yang sudah biasa // Ilmunya itu serta [sudah?] berjasa
Hampirkan ke dalam pagar juga // Habis tidur orang berjaga
Sambil dibacanya pula pestaka // Ditiupnya di pintu supaya terbuka
Ditepuknya dengan kira2 tangan kiri // Pintu itu pun terbuka sendiri
Katanya adinda segeralah mari // Masuk ke dalam kakanda menemani
Kakak Renjaka juga tinggal di sini // Jangan engkau alih dari tempat ini
Kata Renjaka mengapa begini // Beta tinggal berseorang tiada berani
Takut beta dilihat orang // Tiadakah mati dibunuh sekarang
Siapa lagi hendak menggalang // Biarlah beta mengikut di belakang
Gagak Rajasa tertawa bersuka // Melihat kelakuan Si Renjaka
45
Katanya tiada mengapa duduklah kakak // Berlindung di balik pohon? angsoka
Masuklah keduanya berbembar-berbembar(1) // Paras seperti indera kembar kembar
Seorang pun tiada lagi khabar // Datang pada tiga lapis pintu pagar
Segala pintu habis terbuka // Berjalan tiada siapa sangka
Jaran Tamasa pun terlalu suka // Seperti berjalan masuk syurga
Kelihatan tempatnya dari jauh // Rasa hatinya bagai disepuh
Tirai dewangga sarat terlabuh // Tanglung pelita seperti disuluh
Cahayanya terang seperti siang // Selaku menyuluh orang yang datang
Diluar tirai berkaparan orang // Bertunggu [m-n-d r a] paras gemilang
Tertawa berkata Gagak Rajasa // Itulah tuan Ken Lamlam Arsa
Pergilah tuan muda perkasa // Tersenyum manis Jaran Tamasa
Seperti segunung rasa hatinya // Lalu menyembah pada saudaranya
Berjalan seraya menyinsing kainnya // Sebelah tangan melambai kerisnya
Disingkapnya tirai lalu dimasuk // Di sisi Ken Lamlam Arsa ia duduk
Dilihatnya paras terlalu elok // Seperti tulisan awan dikaluk
... dan