Pages
16
Beta pun mati dibunuh Sang Nata // Adinda hendak membelai [membela-i] beta
Ken Silawati menangis belas hatinya // Dipeluk dicium akan saudaranya Dipeluk adiknya ditangisinya // Seraya meratap berbagai katanya
Aduh adikku tuan adinda // Gundahnya kakak di dalam dada Sekali ini tuan bertemu dengan kekanda // [Sayangnya?] adikku bangsawan muda
Apatah daya kekanda lalui // Kerana tuan hendak pergi Bukan tiada sukakan tuan berlaki // Di manatah hendak dicahari lagi
Aria ningsun adikku tuan // Baik paras muda bangsawan Tiada beruntung emas tempawan // Kedua bersaudara bertangis-tangisan
Ken Silawati berkata seraya bertelekan // Ia [y-a-y? Inilah?] Jaran Temasalah punya perbuatan Maka adikku jadi turut turutan // Jika hendak pergi adikku tinggalkan
Berkata pula Jaran Temasa // Sungguhlah kekanda beta berduka Daripada beta hina bangsa // Atas badan betalah merasa
Jangan kekanda begitu berkata // Sudahlah gerang kehendak dewata Bukan beta hendak bawa serta // Adinda hendak mengadap kematian beta
jadilah beta
17
Jadilah ia beta bawa // Bukannya hendak memberi kecewa Betalah seorang membuang nyawa // Sekadar adinda hendak memelihara jiwa
Ken Lamlam Arsa pula berkata // Janganlah kekanda sangat bercinta Melainkan mati untung beta // Hari inilah perceraian kita
Lepaslah daripada hati kekanda // Jangan dicintakan di dalam dada Nasib beta seketikalah ada // Kehendak dewata atas adinda
Makin menangis Ken Silawati // Hancurlah rasanya hati Dipeluk cium diratapi // Menangis tiadakan [tiada lagi?] berhenti
Tiada beruntung memelihara akan tuan // Dari kecil ibu bapa tinggalkan Seperti anak kakak peliharakan // Harapkan ganti nyawa dan badan
Sekarang nan hancurlah hati kekanda // Melihatkan hal tuan demikian ada Tiada terbicarakan di dalam dada / Tiada kusangka demikian adinda
Tiada rupanya tuan kasih akan kakak // Maka tuan hendak pergi juga Tiada sekali kekanda sangka // Sudahlah gerangan mala petaka
Semuanya menangis hamba sahayanya // Kasihan melihat laku tuannya
18
Bertukar pakaian keduanya // Ken Lamlam Arsa menyembah saudaranya
[Lalu?] bangun mendapatkan suaminya // Dipegang Jaran Temasa tangan isterinya Diangkat naik ke atas gajahnya // Lalu berjalan diiringkan hambanya
Tinggal menangis Ken Silawati // Terlalulah belas rasanya hati Gundahnya tiada lagi berhenti // Rasanya seperti hendak mati
Jaran Temasa pun keluar kota // Orang melihat suka [segala? sedih?] semata Semuanya menyapu air mata // Belas kasihan di dalam cita
Berjalan lalu keluar negeri // Seperti bermain membawa isteri Hari pun baharu tengah berdiri / Suram rupanya sinar matahari
Panas pun tiada tampak [bahana] // Seperti orang gundah gulana Berkembanganlah bunga pohon angsana // Terlalu indah berbagai warna
Embun pun belum kering nyata // Yang lekat hujung rumput melata Dilihatnya seperti air mata // Seperti laku orang bercinta
Berjalan itu di sisi taman // Hampir pohon kayu tanam-tanaman Bunga yang kena panas berubah warnanya // Seperti menaruh percintaan rupanya
Setengah [luruh?}
19
Setengah luruh daripada pohonnya // Seperti orang menjatuhkan dirinya
Seperti melarangkan Jaran Temasa // Janganlah pergi kalau binasa Tunduk tengadah taruk rajasa // Seperti tangis orang putus asa
Kumbang terbang tiada berketahuan //Hairannya bunga anggerik awan Seperti suara laki-laki cumbuan // Membujuk isterinya di peraduan
Marga berbunyi di pohon beriksa // Terkenangkan ia berbuat dosa Sayulah hati Jaran Temasa // Memandang segala penglihatan pilu rasa
Berkata pada isteri sambil bersenda // Terlalulah rawan rasa kekanda Segala pandangan barang yang ada // Seperti tiada dipandang adinda
Ken Lamlam Arsa tersenyum kasihan rasanya // Belas menengar kata suaminya Berlinang2 air matanya // Makan sirih disamarkannya
Jaran Temasa tersenyum seraya berkata // Aria ningsun emas juwita Tuan berilah sepah akan beta // Melipurkan hati yang dukacita
Ken Lamlam Arsa tersenyum mengunjuk sepahnya // Disambut Jaran Temasa dimakannya Terlalu suka memandang isterinya // Tiadalah sayang hilang jiwanya
20
Seraya berkata dengan cumbunya // Utama jiwaku emas tempawan
Kekanda berjalan dengan tuannya [?] // Seperti bercengkerama pada perasaanya
Berjalanlah ia dari sana // Di kanan jalan sepohon angsana Berapit dengan pohon kenanga // Seperti gunung emas gemerlapan
Jaran Temasa gajah ke sana // Telah sampai kepada pohon sena(1) Dikaitnya ambil bunga angsana // Diberikan pada muda yang bijaksana
Berkata sambil bergurau senda // Emas merah bangsawan muda Persembahan kakak santaplah adinda// Supaya suka hati kekanda
Sambil ia melayahkan dirinya // Ken Lamlam Arsa tersenyum lalu diambilnya Dipersuntingkan bunga pada suaminya // Sedap manis barang lakunya
Lalu berjalan masuk hutan // Tinggallah [parang?] tiada kelihatan Ayam berkokok bersahut-sahutan // Seperti menegur orang berjalan
Enggang(2) bunyi di pohon [berkisar?] // Berbunyi galak di pohon rajasa Seperti menegur Jaran Temasa // Makin bertambah pilu rasa
Seperti diberitahu akan kematiannya // Hilanglah arwah rasa hatinya